East2West Property News - Suka tak suka, saat ini banyak pemilik apartemen kelas menengah di Jakarta dan sekitarnya ramai-ramai menjual rugi unit apartemennya. Alasan utamanya karena sepi penyewa, sedangkan biaya service charge terus jadi beban yang harus dibayarkan.
Fenomena ini seolah memunculkan fenomena 'gelembung harga' pecah. Beberapa tahun lalu orang berbondong-bondong beli apartemen dengan tujuan investasi, tapi kondisi pasar sepi penyewa.
Ketua Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (Arebi) Lukas Bong mengatakan banyak pemilik apartemen harus menjual rugi. Saat beli apartemen baru Rp 500-600 juta tapi terpaksa harus dijual di bawah Rp 300 juta. "Ada yang jual rugi, apartemen pinggiran, Cibubur banyak," katanya kepada CNBC Indonesia, Senin (3/10/22)
Namun, ia justru berpesan bagi yang memiliki uang tunai saat ini waktu yang tepat membeli apartemen. Hal ini karena pasar apartemen akan kembali booming lag. "Tentu akan booming lagi, karena properti adalah kebutuhan," katanya.
Sementara itu Ketua DPD Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI) DKI Jakarta Clement Francis saat dihubungi terpisah mengatakan jatuhnya harga apartemen seken saat ini karena permintaan jauh di bawah penawaran yang tinggi.
"Bila ada ribuan unit, kompetisinya sengit sekali, sedangkan biaya IPL (iuran pengelolaan lingkungan) tinggi, daripada bayar IPL mendingan dijual, lebih baik dijual. kalo ada sewa sih nggak masalah," katanya.
Ia mengakui ada saja pemilik apartemen menengah yang menjual harga apartemen bekasnya Rp 200 jutaan. Padahal harusnya harga pasar seken hanya turun 15-20% dari harga barunya berkisar Rp 500-600 juta saat pasar normal.
"Kalau Anda punya uang cash sekarang, punya properti sekarang lah belinya apartemen," seru Clement.