East2West Property News - Gading Serpong kini telah menjelma sebagai kawasan padat huni dan memiliki segudang fasilitas. Betapa tidak, kawasan yang dikembangkan oleh duet PT Summarecon Agung Tbk-Paramount Land ini telah dihuni oleh 20.000 kepaka keluarga (KK).
Selama dua dekade terakhir, pembangunan proyek properti secara besar-besaran di Gading Serpong dengan luas 2.000 hektar ini akhirnya membuat harga tanahnya tak kalah dengan Jakarta. Menurut Country Manager Rumah Marine Novita, harga kaveling komersial di Gading Serpong sudah menyentuh Rp 18,5 juta-30 juta per meter persegi, tergantung lokasi dan luas.
"Kami mencatat tren harga properti di Tangerang, termasuk Gading Serpong, berada poin 24,5 persen pada Kuartal-III 2022, naik dalam tiga tahun terakhir dibanding Tangerang Selatan (11,5 persen), Kabupaten Bogor (8,5 persen) dan Depok (7,5 persen)," terang dia dalam rilis, Jumat (27/1/2023).
Penyebab dari kenaikan harga tanah di Gading Serpong terjadi karena beberapa hal, mulai dari inflasi atau ketersediaan tanah yang tidak pernah naik sementara jumlah penduduk terus bertambah.
Pengembangan Gading Serpong sendiri dilakukan bertahap dalam jangka waktu puluhan tahun. Kawasan ini berkembang dari lahan biasa, penyangga Jakarta, hingga tumbuh menjadi kota mandiri.
Presiden Direktur Paramount Land M Nawawi mengungkapkan, penghuni di wilayah tersebut ada yang sudah masuk ke generasi ketiga. Mereka yang awalnya tinggal di sana berani mengambil keputusan untuk beli, investasi, atau ditempati.
"Sekarang cucunya sudah mau beli rumah lagi karena baru berumah tangga sehingga butuh tempat tinggal dekat keluarga,” katanya. Pertumbuhan Gading Serpong didorong oleh beragam infrastruktur. Selain dekat Jalan Tol Jakarta-Merak, kawasan ini terkoneksi dengan pusat-pusat pertumbuhan di sekitarnya, seperti BSD City dan Lippo Karawaci.
Nawawi mencontohkan, tahun 2016 pihaknya meluncurkan ruko Bavaria, pusat aksesoris dan suku cadang otomotif di Gading Serpong. Ruko dipasarkan 43 unit di area seluas 5.666 meter persegi, dilengkapi area servis kendaraan roda dua dan empat, hingga modifikasi audio dan mesin.
“Sekarang ruko itu tidak pernah sepi pengunjung. Kenapa? Karena sebelum meluncurkan produk ke pasar, kami meriset tren usaha apa yang banyak dicari pebisnis sekaligus dibutuhkan masyarakat," ungkapnya. Ruko otomotif ini melayani kalangan menengah atas yang punya mobil, tidak sedikit kendaraannya lebih dari satu.
"Asumsinya satu rumah punya dua mobil, jadi bisa 40.000 lebih populasi mobil di Gading Serpong. Jadi, captive market-nya dari penghuni Gading Serpong sendiri,” tutup Nawawi.
Sumber : Kompas